Kamis, 26 Desember 2013

KELAS SOSIAL DAN KELOMPOK STATUS

A. PERBEDAAN ANTARA KELAS SOSIAL DENGAN STATUS SOSIAL

Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.

Kelas sosial adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi (menurut Barger). Ekonomi dalam hal ini cukup luas yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan / perekonomian individu.

B. PEMILIKAN

Kepemilikan status sosial di masyarakat sangat di harapkan bagi sebagian besar masyarakat untuk bisa menaikan tingkat kelas sosial yang ada. Tidak dipungkiri bahwa status sosial sangatlah diperlukan individu untuk dapat bergaul di masyarakat luas tanpa merasa rendah kelas sosialnya.

C. DINAMIKA KELAS SOSIAL

Menurut Floyd D. dalam bukunya psychology and life, dinamika kelompok (group dynamics) merupakan analisis hubungan kelompok-kelompok sosial di mana tingkah laku dalam kelompok adalah hasil interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi sosial tertentu. Dalam kehidupan kelompok terjadi pembentukan struktur, norma, solidaritas, rasa memiliki, dan internalisasi.   

D. SOCIAL MOBILITY DAN KONSEKUENSINYA TERHADAP MARKET

Mobilitas social adalah suatu gerakan dalm struktur social yaitu pola-pola tertentu yang mengaur organisasi suatu kelompok social.
Tipe gerak social yaitu:
a.       Gerak social vertika
gerak social vertikak merupakan suatu perpindahan individu atau objek dari suatu kedudukan social ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat.
Gerak social vertical sesuai dengan aranhnya dibedakan menjadi dua lagi:
1)      Gerak social vertical naik
Terdapat dua bentuk utama yaitu:
·         Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi.
·         Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.
2)      Gerak social vertical turun
Terdapat dua bentuk utama diantaranya:
·         Turunya kedudukan individu  ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya.
·         Turunya derajat kelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai suatu kesatuan.
b.      Gerak social horizontal
Gerak social merupakan suatu perpindaha individu atau objek social dari suatu kedudukan social ke kedudukan lainya yang sederajat.

E. KLASIFIKASI GEODEMOGRAFI DAN MANFAATNYA BAGI PEMASAR

Asal-usul geodemographics sering diidentifikasi sebagai Charles Booth dan studinya tentang kekurangan dan kemiskinan di awal abad ke London, dan Chicago School of sosiologi. Booth mengembangkan ide tentang "mengklasifikasi lingkungan ', yang dicontohkan oleh multivarian klasifikasi dari data Sensus 1891 Inggris untuk membuat indeks sosial umum London (maka) sebesar kabupaten. Penelitian di Chicago School - meskipun umumnya kualitatif di alam - memperkuat gagasan bahwa klasifikasi tersebut bisa bermakna dengan mengembangkan gagasan 'daerah alami' dalam kota: dipahami sebagai unit-unit geografis yang luas dengan populasi homogen sosial-ekonomi dan karakteristik budaya.
Gagasan bahwa hasil sensus dapat berfungsi untuk mengidentifikasi dan untuk memberi ciri geografis kota momentum dengan meningkatnya ketersediaan data sensus nasional dan kemampuan komputasi untuk mencari pola dalam data tersebut. Sangat penting untuk industri geodemographic yang muncul adalah perkembangan teknik klaster untuk mengelompokkan statistik serupa lingkungan ke dalam kelas pada 'seperti dengan seperti' dasar. Baru-baru ini, data yang telah tersedia pada resolusi yang lebih baik geografis (seperti pos unit), sering berasal dari swasta komersial (yaitu non-pemerintah) sumber.

 Geodemografi mencakup aplikasi atau studi geodemographic klasifikasi untuk bisnis, penelitian sosial dan kebijakan publik, tetapi memiliki sejarah yang lebih singkat dalam penelitian akademis yang ingin memahami proses yang permukiman (terutama, kota) berevolusi dan lingkungan terbentuk. Menghubungkan ilmu-ilmu demografi, studi dinamika populasi manusia, geografi, studi tentang variasi spasial locational dan kedua fenomena fisik dan manusia di bumi, dan juga sosiologi. Singkatnya, geodemography adalah ilmu tentang profil orang berdasarkan tempat mereka tinggal. Sistem Geodemographic memperkirakan paling mungkin karakteristik orang berdasarkan profil yang terkumpul dari semua orang yang tinggal di daerah kecil di dekat alamat tertentu. 
 enis terutama karakteristik diperhitungkan dalam sistem geodemographic konstruksi adalah:
 Umur distribusi;
 Indikator status sosial ekonomi seperti pendapatan, pendidikan, dan status pekerjaan;
 Rumah Tangga dan komposisi keluarga;
 Budaya faktor, seperti etnis, bahasa yang digunakan, negara kelahiran, dan (namun tidak terbatas pada) agama;
 Pekerjaan faktor, seperti jenis pekerjaan, jenis industri, dan jam kerja;
 Rumah Tangga faktor-faktor ekonomi, seperti utang, investasi, dan kemiskinan;
 Faktor Daerah (misalnya apakah daerah tinggal diklasifikasikan sebagai metropolitan, provinsi, atau jarang menetap), dan;
 Residential stabilitas.
Pada tahun 1987, sistem geodemographic pertama kali diperkenalkan sebagai alat analisis sosial dengan KKN's (kemudian Experian) pengenalan sistem MOSAIC. Pada tahun 1990, RDA Penelitian membangun sistem pertama, geoSmart.

Selama enam atau tujuh tahun kita telah mendengar dan membaca banyak tentang bagaimana hubungan 'atau' satu untuk satu pemasaran 'yang akan menggantikan pemasaran ke grup, didefinisikan secara luas oleh demografis dan / atau geodemographic segmen. Dan tidak ada pertanyaan tetapi pemasar meningkatkan investasi mereka dalam paradigma pemasaran baru ini. Tetapi, seperti dengan paling tren, kasus biasanya dibesar-besarkan. Faktanya, kebanyakan pemasar massa tidak memiliki produk yang dapat menguntungkan dipasarkan langsung ke saluran distribusi utama consumer.Their bukan kotak surat atau alamat email pengecer ... saluran adalah segalanya. Bagi mereka permainan menang atau kalah pada pengecer toko atau rak, Dealer yang banyak, dan lain-lain ditargetkan untuk media massa besar, segmen konsumen yang berkelanjutan masih merupakan mesin pilihan ... pangsa pasar masih barometer sukses pemasaran. 

F. PEMASARAN UNTUK PANGSA KELAS SOSIAL

Prosedur untuk pangsa pasar mencakupi langkah-langkah berikut:
1.       Identifikasi pemakaian kelas social dari produk.
2.       Perbandingan variable kelas social untuk pemagsaan dangan variable lain (pendapatan,  siklus hidup, dsb)
3.       Deskripsi karakteristik kelas social yang diidentifikasi di dalam target pasar.
4.       Perkembangan program pemasaran unuk memaksimumkan keefektifan bauran pemasaran yang didasarkan pada konsistensi dengan sifat kelas social.
Pangsa pasr kelas social denag dideskripsikan dengan dua jenis variable:
1.       Informasi profil umum
2.       Informasi spesifikasi produk
Analisis pangsa pasar berdasarkan profil sosioekonomi memungkinkan seseorang  pemasar mengembangkan program pemasaran yang komprehensif agar cock degan karakteristik sosioekonomi dari target pasar. Ini akan mencakupi sifat produk, strategi media, strategi kreatif, saluran distribusi, dn penetapan harga.

G. PENGENALAN KEBUTUHAN DAN KRITERIA EVALUASI

Gambarkanlah proses pengenalan kebutuhan yang terjadi sebelum anda membeli minuman kaleng ringan anda yang terakhir. Bagaimana perbedaannya dengan proses yang mendahului pembelian sepasang sepatu karet yang baru? Jika ada, peran apa yang dimainkan iklan dalam pengenalan kebutuhan anda?
Pengenalan kebutuhan yang terjadi pada kasus ini adalah ketika saya sebagai konsumen penikmat minuman kaleng tersebut. Minuman kaleng sangat praktis dibawa kemana saja dan terdapat dimana saja. Misalnya Fanta dengan bermacam – macam rasa sering dikonsumsi oleh para konsumen karena mudah dibawa. Rasa yang disediakan adalah rasa yang memberikan kesegaran jika diminum dingin. Misalnya rasa strawberry, apel, dan anggur. Pengenalan kebutuhan minuman kaleng fanta terjadi pada saat orang-orang mulai malas membawa minuman sendiri dari rumahnya. Selain itu, minuman kaleng tidak tumpah dan dapat tahan dingin lebih lama dibanding minuman botol plastik. Fanta sudah banyak dikenal konsumen lewat media televisi dengan memberikan visual gambar yang menarik. Saya mulai melihat dan mencoba minuman kaleng tersebut ketika iklan beredar di televisi.
Menurut Hasan (1988) evaluasi program semula merupakan evaluasi kurikulum. Karena itu cenderung tidak membedakan evaluasi program dengan evaluasi kurikulum. Sehubungan dengan pendapat tersebut, akan diuraikan hal-hal yang berhubungan dengan kriteria dalam mengadakan evaluasi.
Evaluasi harus berhubungan dengan kriteria. Dasar pemikiran tersebut, dengan criteria evaluator dapat memberikan pertimbangan nilai, harga, dan komponen-komponen program yang perlu penyempurnaan serta yang telah memenuhi persyaratan. Evaluator tanpa kriteria sama dengan bekerja dalam kegelapan. Tnpa adanya kriteria pertimbangan yang diberikan adalah tanpa dasar.
Kriteria evaluasi dikembangkan melalui model-model evaluasi yang digunakan. Empat kelompok pengembangan yang dapat dilakukan, yakni: “Pre-ordinate, fiedelity, Matual-adaptive, dan process”.
Pendekatan “Pre-ordinate” memiliki dua karakteristik; pertama kriteria ditetaokan sebelum pelaksanaan evaluasi. kriteria ini bersifat mengikat karena ditetapkan sebelum evaluator turun turun ke lapangan. Karekteristik kedua, kriteria yang dikembangkan bersumber pada standar tertentu. Seperti yang bersumber pada pandangan teoritik atau kumpulan tradisi yang sudah dianggap baik.
Pendekatan “Fidelity” pada dasarnya ada kesamaan prinsip dengan kedekatan “Pre-ordinate” yakni kriteria yang dikembangkan sebelum evaluator turun ke lapangan untuk mengumpulkan data. Perbedaaan prinsipil pada keduanya yaitu pada hakekat evalusi yang digunakan. Pendekatan Fidently tidak menggunakan criteria yang bersifat umum ( universal ) sebagaimana tuntutan pendekatan Pre-Ordinate.
Pendekatan ke tiga dikenal dengan istilah pendekatan gabungan mutual-adaptive. Pendekatan ini merupakan perpaduan antara pendekatan “Pre-Ordinate, Fidently, Process “ kriteria yang di gunakan dikembangkan dari karakteristis program dari luar, seperti berdasarkan pandangan secara teori, dari para pelaksana, dan dari pemakai program.
Kriteria dalam evaluasi ini mengacu pada :
  • Pedoman – pedoman tentang program pendidikan jasmani yang berlaku.
  • Persepsi para pengembang program yang teruji secara teoritis.
  • Pertimbangan evaluator.
    
H. PROSES PENCARIAN

Proses pencarian adalah Sesuatu hal yang dilakukan oleh kalangan sosial untuk mendapat informasi-informasi yang ada.
Jika dorongan konsumen begitu kuatnya dan produk yang memuaskan berada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan besar akan membelinya. Jika tidak konsumen mungkin akan menyimpan kebutuhannya dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berkaitan dengan kebutuhan itu.
Sumber informasi yang bisa di jadikan referensi, yaitu :
1.      Sumber pribadi
2.      Sumber komersial
3.      Sumber publik
4.      Sumber pengalaman

I. BAHASA SOSIAL

Bahasa adalah alat yang di gunakan untuk komunikasi antar kelas, kelompok, dan status sosial.
Menurut saya bahasa yang tepat akan mempengaruhi informasi yang didapat dan pola pikir dari setiap kalangan sosial.

J. PROSES PEMBELIAN

Dalam proses pembelian, konsumen akan melalui sebuah proses, yaitu :
1)    Menganalisa keinginan dan kebutuhan
2)    Menilai beberapa sumber
3)    Menetapkan tujuan pembelian
4)    Mengidentifikasi alternative pembelian
5)    Mengambil keputusan untuk membeli
6)    Perilaku sesudah pembelian
Berikut adalah tahapan-tahapan pembelian sebagai berikut :
  • Tahap pertama adalah Kesadaran akan kebutuhan suatu dan ketersediaannya. Seorang konsumen harus tahu bahwa ada kebutuhan atau ada kesempatan yang dapat dilakukan bila dia membeli barang tertentu dan barang tertentu tersebut tersedia di pasar.
  • Tahap kedua, seorang Konsumen akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang produk yang akan dibelinya. Konsumen akan mencari informasi suatu produk tentang fitur-fiturnya, harganya, penjualannya, dan juga jaminan dari perusahaan.
  • Tahap ketiga, maka seorang Konsumen akan merasa suka dan butuh terhadap produk itu secara umum.
  • Tahap keempat adalah preferensi. “Kenapa saya harus membeli produk merk A, bukan merk B. Kenapa saya harus membeli tipe yang seharga ini bukan seharga itu.” Ini adalah preferensi. Konsumen akan mencocokkan produknya disesuaikan dengan kesukaannya, seleranya, budgetnya dan lainnya. Di tahapan ini konsumen sudah mulai mengerucutkan pada apa yang lebih disukai dibandingkan yang lain.
  • Tahap kelima adalah membuat keyakinan atau konfirmasi. Setelah konsumen mengerucutkan pada beberapa pilihan, dia akan tambah mantap setelah mendengar penjelasan yang baik dari penjual /salesman dan memutuskan untuk membeli.
  • Tahapan yang terakhir, keenam, akhirnya konsumen tersebut akan merasa puas atas hasil pembelian yang telah dilakukannya, dan setiap konsumen akan berbeda.
Jadi, sebenarnya dalam tahapan ketika seseorang ingin membeli sesuatu apakah itu laptop, mobil, makanan, baju dan lainnya akan melewati 6 tahapan ini. Kesadaran akan kebutuhan produk, lalu mendorongnya mencari informasi lebih banyak. Setelah itu dia yakin akan kebutuhannya membeli produk itu. Setelah proses ini dia akan mencari preferensi mana yang dia sukai. Lalu akhirnya dia meyakinkan diri, “OK”, kalau begini saya beli.” Setelah yakin, seorang konsumen akhirnya membeli.

K. METODE PENILITIAN PEMASARAN UNTUK MENGUKUR KELAS SOSIAL

Banyak metode sudah dikembangkan untuk mengukur dan mendeskripsikan kelas social. Untuk para peneliti konsumen, tujuannya biasanya adalah menghubungkan variable terkait (dependent variable) seperti pemakaian produk, preferensi merek, sikap, citra dan pelanggan took, dengan variable bebas (independent variable) dari kelas social. Dengan penilitian seperti ini, barangkali mungkin untuk mendifinisikan pangsa pasar kelas social dan mengerti pola konsumsi serta pembelian dari pangsa itu.
Metode penelitian kelas social terdiri dari dua jenis, yaitu:
1.      Metode teoritis dan keabsahan
Metode reputasi melibatkan pengajuan kepada orang-orang untuk menentukan peringkat posisi atau presitse orang lain.
Metode reputasi dikembangkan oleh Lloyd warner, salah satu pelopor didalam studi kelas social di Amerika Serikat. Selanjutnya diperluas Burleigh Gardner dan rekan-rekannya di Deep South dan di Midwest oleh Hollingshead, studi-studi ini juga mencakupi sosiasi atau ukuran sosiometrik yang menghitung jumlah dari sifat kontrak pribadi dari orang didalam hubungan mereka yang informal.
Penelitian toeritis memberikan suatu arus data empiris dan konsep yang pokok bagi upaya kita yang sekarnag menghubungkan kelas social dengan konsumsi.
2.      Metode penelitian pemasaran
Para peneliti pemasaran mengukur kelas social dengan variable bebas untuk menentukan hubungannya denga variable terkait dariminat akan pemasaran. Metode objektifmemberikan status berdasarkan responden yang memiliki semacam nilai dari variable yang distratifikasikan. Variable yang paling sering digunakan adalah pekerjaan, pendapatan, pendidikan, ukuran dan jenis tempat tinggal, pemilik barang,  dan afiliasi organisasi. Metode objektif dapat dibagi ke dalam metode yang berindeks tunggal dengan mengutamakan pekerjaan sebagi indikator tunggal terhadap pemilihan kelas sosial dan metode yuang berindeks ganda dimana dalam memntukan kedudukan sosial seseorang didasarkan dari berbagai macam variable yang sudah disebut diatas.
Metode subjektif atau pelaporan diri meminta responden untuk menilai diri sendiri berdasarkan kelas sosial. Metode seperti ini, walaupun digunakan sekali-sekali, memiliki nilai terbatas bagi para nalis konsumen karena dua alasan:
a.       Responden cenderung menilai terlalu tinggi kedudukan sosialnya sendiri
b.      Responden menjauhi istilah konotatid dari kelas atas dan bawah dan selanjutnya membesar-besarkan ukuran kelas menengah.






sumber:
 http://odyrogents.wordpress.com/arti-definisipengertian-status-sosial-kelas-sosial-stratifikasidiferensiasi-dalam-masyarakat/
http://ahmadeko10211411.blogspot.com/2013/12/kelas-sosial-dan-kelompok-sosial.html
http://koreanandbieberlovers.blogspot.com/2012/03/dinamika-kelompok-dan-kelas-sosial.html
http://akhmadsubairiyanto.blogspot.com/2010/01/klasifikasi-geodemografi-dan-manfaatnya.html
http://wantosakti.wordpress.com/2013/12/20/
http://donprams.blogspot.com/2013/11/proses-pembelian.html
http://gustiviana.blogspot.com/2013/01/bab-10-pengaruh-klas-sosial-dan-status.html

Jumat, 13 Desember 2013

DINAMIKA KELOMPOK DAN KELOMPOK RUJUKAN

KELOMPOK RUJUKAN

Kelompok referensi atau kelompok rujukan disebut juga sebagai acuan. Kelompok acuan memberikan standar (norma atau nilai) yang dapat menjadi perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berfikir atau berperilaku.Kelompok referensi merupakan sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seorang secara langsung atau tidak langsung.Kelompok referensi ini berguna sebagai referensi seseorang dalam pengambilan keputusandan sebagai dasar pembandingan bagi seseorang dalam membentuk nilai dan sikap umum / khusus atau pedoman khusus bagi perilaku.
Tiga macam pengaruh kelompok acuan:
1. Pengaruh Normatif
Ketika seorang individu memenuhi harapan kelompok untuk mendapatkan hadiah langsung atau menghindari hukuman
2. Pengaruh Ekspresi Nilai
Ketika seorang individu kelompok menggunakan norma dan nilai-nilai dianggap sebagai panduan bagi sikap mereka sendiri atau nilai-nilai
3. Pengaruh Informasi
Perilaku dan pendapat kelompok referensi digunakan sebagai berguna potongan informasi yang berpotensi.
Jenis – jenis kelompok referensi berdasarkan pengelompkannya yaitu :
1. Menurut intensitas interaksi dan kedekatannya
•           Kelompok primer
•           Kelompok sekunder
2. Menurut legalitas keberadaan
•           Kelompok formal
•           Kelompok informal
3. Menurut status keanggotaan dan pengaruh
•           Kelompok aspirasi
•           Kelompok disosiasi
•           Primary / secondary
•           Membership

KELUARGA DAN STUDI PERILAKU KONSUMEN

Keluarga dan Studi Tentang Perilaku Konsumen Studi tentang keluarga dan hubungan mereka dengan pembelian dan konsumsi adalah penting, tetapi kerap diabaikan dalam analisis perilaku konsumen. Pentingnya keluarga timbul karena dua alasan, yaitu:
1.    Banyak produk yang dibeli oleh konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga. Rumah adalah contoh produk yang dibeli oleh kedua pasangan, barangkali dengan melibatkan anak, kakek-nenek, atau anggota lain dari keluarga besar. Mobil biasanya dibeli oleh keluarga, dengan kedua pasangan dan kerap anak remaja mereka terlibat dalam pelbagai tahap keputusan. Bentuk favorit dari kegiatan waktu senggang bagi banyak keluarga adalah berkunjung ke pusat perbelanjaan setempat. Kunjungan tersebut kerap melibatkan banyak anggota keluarga yang membeli pelbagai barang rumah tangga, busana, dan barangkali bahan makanan. Perjalanan tersebut mungkin pula melibatkan semua anggota dalam memutuskan di restoran fast-food mana untuk membelanjakan pendapatan keluarga yang dapat digunakan.
2.    Ketika pembelian dibuat oleh individu, keputusan pembelian individu bersangkutan mungkin sangat dipengaruhi oleh anggota lain.dalam keluarganya. Anak-anak mungkin membeli pakaian yang dibiayai dan disetujui oleh orang tua. Pengaruh seorang remaja mungkin pula besar sekali pada pembelian pakaian orangtua. Pasangan hidup dan saudara kandung bersaing satu sama lain dalam keputusan tentang bagaimana pendapatan keluarga akan dialoksikan untuk keinginan individual mereka. Orang yang bertanggung jawab untuk pembelian dan persiapan makanan keluarga mungkin bertindak sebagai individu di pasar swlayan, tetapi dipengaruhi oleh preferensi dan kekuasaan anggota lain dalam keluarga. Konsumen tersebut mungkin menyukai makanan dan kegiatan waktu senggang yang sama, dan mengemudikan merek mobil yang sama dengan anggota yang lain dalam keluarga. Pengaruh keluarga dalam keputusan konsumen benar-benar meresap.

VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN

 Menurut phillip Kotler (2003:202) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat faktor, diantaranya sebagai berikut:
1. Faktor budaya
Budaya, sub budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Anak-anak yang sedang tumbuh akan mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya. Contonhya pada anak-anak yang dibesarkan di Amerika Serikat sangat terpengaruh dengan nilai-nilai sebagai berikut: prestasi, aktivitas, efisiensi, kemajuan, kenikmatan materi, individualisme, kebebasan, humanisme, dan berjiwa muda.
Masing-masing subbudaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya seperti kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan wilayah geografis.
2. Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial diantarannya sebagai berikut:
a. Kelompok acuan
Kelompok acuan dalam perilaku pembelian konsumen dapat diartikan sebagai kelompok yang yang dapat memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang tersebut. Kelompok ini biasanya disebut dengan kelompok keanggotaan, yaitu sebuah kelompok yang dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap seseorang. Adapun anggota kelompok ini biasanya merupakan anggota dari kelompok  primer seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja yang berinteraksi dengan secara langsung dan terus menerus dalam keadaan yang informal. Tidak hanya kelompok primer, kelompok sekunder yang biasanya terdiri dari kelompok keagamaan, profesi dan asosiasi perdagangan juga dapat disebut sebagai kelompok keanggotaan.
b. Keluarga
Dalam sebuah organisasi pembelian konsumen, keluarga dibedakan menjadi dua bagian. Pertama keluarga yang dikenal dengan istilah keluarg orientas. Keluarga jenis ini terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang yang dapat memberikan orientasi agam, politik dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Kedua, keluarga yang terdiri dari pasangan dan jumlah anak yang dimiliki seseorang. Keluarga jenis ini biasa dikenal dengan keluarga prokreasi.
c. Peran dan status
Hal selanjutnya yang dapat menjadi faktor sosial yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian seseorang adalah peran dan status mereka di dalam masyarakat. Semakin tinggi peran seseorang didalam sebuah organisasi maka akan semakin tinggi pula status mereka dalam organisasi tersebut dan secara langsung dapat berdampak pada perilaku pembeliannya.
3. Pribadi
Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh karakterisitik pribadi diantaranya usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep-diri pembeli.
a. Usia dan siklus hidup keluarga
Orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya yang dimana setiap kegiatan konsumsi ini dipengaruhi oleh siklus hidup keluarga
b. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi
Pekerjaan dan lingkungan ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pola konsumsinya. Cotohnya, direktur perusahaan akan membeli pakaian yang mahal, perjalanan dengan pesawat udara, keanggotaan di klub khusus, dan membeli mobil mewah. Selain itu, biasanya pemilihan produk juga dilakukan berdasarkan oleh keadaan ekonomi seseorang seperti besaran penghasilan yang dimiliki, jumlah tabungan, utang dan sikap terhadap belanja atau menabung.
c. Gaya hidup
 Gaya hidup dapat di artikan sebagai sebuah pola hidup seseorang yang  terungkap dalam aktivitas, minat dan opininya yang terbentuk melalui sebuah kelas sosial, dan pekerjaan. Tetapi, kelas sosial dan pekerjaan yang sama tidak menjamin munculnya sebuah gaya hidup yang sama. Melihat hal ini sebagai sebuah peluang dalam kegiatan pemasaran, banyak pemasar yang mengarahkan merek mereka kepada gaya hidup seseorang.
d. Kepribadian
Setiap orang memiliki berbagai macam karateristik kepribadian yang bebeda-beda yang dapat mempengaruhi aktivitas kegiatan pembeliannya. Kepribadian merupakan ciri bawaan psikologis manusia yang berbeda yang menghasilkan sebuah tanggapan relatif konsiten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan menggunakan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri dan kemapuan beradaptsi (Harold H kasarjian 1981:160). Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam  menganalisis pilihan merek konsumen. Hal ini disebakan karena beberapa kalangan konsumen akan memilih merek yang cocok dengan kepribadiannya.
4. Psikologis
Terakhir, faktor yang dapat mempengaruhi  keputusan pembelian konsumen adalah faktor psikologis. Faktor ini dipengaruhi oleh empat faktor utama diantaranya sebagai berikut:
a. Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu-waktu tertentu. Beberapa dari kebutuhan tersebut ada yang muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, dan rasa ketidaknyamanan. Sedangkan beberapa kebutuhan yang lainnya dapat bersifat psikogenesis; yaitu kebutuhan yang berasal dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau rasa keanggotaan kelompok. Ketika seseorang mengamati sebuah merek, ia akan bereaksi tidak hanya pada kemampuan nyata yang terlihat pada merek tersebut, melainkan juga melihat petunjuk lain yang samar seperti wujud, ukuran, berat, bahan, warna dan nama merek tersebut yang memacu arah pemikiran dan emosi tertentu.
b. Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk segera melakukan tindakan. Bagaimana tindakan seseorang  yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi dapat diartikan sebagai sebuah proses yang digunkan individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan sebuah gambaran (Bernard Barelson, dalam Kotler 2003:217). Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.
c. Pembelajaran
Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Banyak ahli pemasaran yang yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan dan penguatan. Teori pembelajaran mengajarkan kepada para pemasar bahwa mereka dapat membangung permintaan atas suatu produk dengan mengaitkan pada pendorongnya yang kuat, menggunakan isyarat yang memberikan motivasi, dan memberikan penguatan positif karena pada dasarnya konsumen akan melakukan generalisasi terhadap suatu merek.
d. Keyakinan dan Sikap
Melalui betindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya kemudian mempengaruhi perilaku pembelian konsumen . Keyakinan dapat diartikan sebgai gambaran pemikiran seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau merek akan mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Contohnya studi tentang keyakinan merek yang menemukan bahwa konsumen sama-sama menyukai Diet Coke dan Diet Pepsi ketika mencicipi keduanya dalam tanpa merek. Tetapi, ketika mencicipi Diet yang diberi tahu mereknya, konsumen memilih diet Coke 65% dan Diet Pepsi 23%. Dalam contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa keyakinan akan merek dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA DAN PERILAKU PEMBELIAN

Keluarga berubah bersama waktu,  melewati serangkaian tahap. Proses ini disebut siklus kehidupan keluarga (SKK).
1.     Tahap Single
Walaupun pendapatan relatif rendah, mereka menjadi sasaran dari sedikit permintaan yang kaku, maka konsumen di dalam tahap ini umumnya memiliki pendapatan bebas yang besar. Sebagian dari pendapatan ini digunakan untuk membeli mobil dan peralatan dasar serta peralatan untuk tempat tinggal mereka yang pertama jauh dari rumah --- biasanya sebuah apartemen. Mereka cenderung lebih mengikuti mode dan berorientasi pada rekreasi, menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk busana, minuman keras, makanan diluar rumah, liburan, pengejaran waktu senggang dan produk serta jasa lain yang terlibat dalam permainan perkawinan.
2.     Pasangan yang baru menikah
Pasangan yang baru menikah dan tanpa anak biasanya lebih kaya secara financial daripada sebelumnya dan pada masa dating yang tidak terlalu lama lagi karena istri biasanya bekerja. Keluarga pada tahap ini juga membelanjakan sebagian besar dari pendaptan mereka untuk mobil, busana, liburan, dan kegiatan waktu senggang lain. Mereka juga mempunyai angka pembelian yang tinggi dan pembelian rata-rata tertinggi untuk barang yang tahan lama, khususnya perabot dan peralatan rumah tangga dan barang mahal lain, dan tampaknya lebih rentan terhdapa iklan didalam tahap ini.
3.     Sarang lengkap I (Full nest I)
Dengan adanya anak pertama, beberapa istri berhenti bekerja diluar rumah, dan sebagai akibat pendapatan keluarga menurun. Pada saat yang sama, anak kecil menimbulkan masalah baru yang mengubah cara keluarga membelanjakan pendpatannya. Dua pasangan tersebut mungkin pindah rumha pertama mereka, membeli perabot dan perlengkapan untuk anak mereka, membeli mesin cuci, alat pengering dan barang pemeliharaan rumah, dan membeli produk seperti makanan bayi, obat gosok, obat batuk, vitamin, mainan, mobil, kereta luncur, dan sepatu luncur. Kebutuhan ini mengurang tabungan keluarga dan suami serta istri kerap merasa tidak puas dengan posisi keuangan mereka.
4.     Sarang lengkap II (Full Nest II)
Pada tahap ini, anak terkecil berusia 6 tahun atau lebih, pendapatan suami membaik, dan istri kembali bekerja dirumah. Akibatnya, posisi keuangan keluarga biasanya meningkat. Pola kosumsi terus sangat dipengaruhi oleh anak-anak mereka karena keluarga cendrung membeli makanan dan supply untuk kebersihan dalam kemasan berukuran lebih besar, sepeda, piano, dan pelajaran music.
5.     Sarang lengkap III (Full Nest III)
Sementara keluarga bertambah tua, posisi keuangannya biasanya terus membaik karena penddaptan suami bertambah, istri kembali bekerja atau mendapat gaji lebih tinggi dan anak-anak mendapatkan uang dari kerja sambilan. Keluarga umumnya mengganti beberapa bagian perabot, membeli satu mobil lagi, membeli beberapa peralatan mewah, dan membelanjakan banyak uang untuk pelayanan perawatan gigi dan untuk pendidikan anak-anak.
6.     Sarang Kosong I (Empty Nest I)
Pada tahap ini keluarga paling puas dengan posisi keuangan mereka dan jumlah uang yang ditabung karena pendapatan terus bertambah dan anak-anak suddah meninggalkan rumah dan tidak lagi bergantung kepada orang tua mereka dalam hal keuangan. Pasangan tersebut kerap membuat perbaikan rumah, membeli barang mewah dan membelanjakan proporsi yang lebih besar dari pendapatan mereka untuk liburan, perjalana dan rekreasi.
7.     Sarang Kosong II (Empty Nest II)
Pada waktu ini, kepala rumah tangga sudah pension sehingga pasangan tersebut biasanya menderita penurunan nyata dalam pendapatan. Pengeluaran menjadi lebih berorientasi pada kesehatan, berpusat pada barang-barang seperti peralatan kedokteran, produk perawatan medis yang membantu kesehatan tidur dan pencernaan dan barang kali rumah yang lebih kecil, apartemen atau kondominium di daerah yang beriklim lebih ramah.
8.     Orang yang Bertahan Sendiri (Solitary Survivor)
Bila masih bekerja, orang yang bertahan ini masih menikmati pendapatan yang besar. Mereka mungkin menjual rumah mereka, biasanya membelanjakan uang lebih banyak untuk liburan, rekreasi dan jenis produk seperti jasa berorientasi kesehatan seperti disebutkan di atas.
9.     Orang yang Bertahan Sendiri dan Sudah Pensiun (Retired Solitary Survivor)
Orang yang bertahan sendiri dan sudah pension mengikuti pola konsumsi umum yang sama kecuali pada skala yang lebih rendah karena penurunan pendapatan. Selain itu, individu ini mempunyai kebutuhan khusus akan perhatian, kasih saying dan keamanan.

SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA-TRADISIONAL

 
Lintasan melewati kehidupan di deskripsikan oleh siklus kehidupan keluarga (SKK) yang tradisional. SKK mendeskripsikan pola yang didapatkan di antara keluarga ketika mereka menikah, mempunyai anak, meninggalkan rumah, kehilangan pasangan hidup dan pension. Pada tahap ini di deskripkan ddi atas bersama dengan perilaku konsumen yang dihubungkan dengan masing-masing tahap. Versi lain seperti Murphy dan Staples, mengakui perkembangan kontemporer dari perceraian, ukuran keluarga yang lebih kecil dan usia perkawinan yang ditangguhkan. SKK sudah diperlihatkan sebagai penjelasan yang membantu mengenai perilaku konsumen bahkan pada tingkat yang begitu dasar seperti beberapa banyak energy yang dikonsumsi oleh keluarga.
Penambahan data ekonomi membantu dalam pemakaian SKK tradisional untyuk menjelaskan perilaku konsumen. Wagner dan Hanna ,mendapatkan bahwa SKK tidak meramalkan keputusan mengenai produk seperti pakaian dan juga variabel social ekonomi, khususnya pendapatan.

STRUKTUR KELUARGA DAN RUMAH TANGGA YANG BERUBAH 
 
Apa yang dimaksud dengan sturktur keluarga kontemporer? Bagaimana struktur itu berubah? Bagaimana struktur itu mempengaruhi konsumsi? Apakah realitas yang berkembang dari struktur keluarga merupakan masalah atau peluang untuk organisasi pemasaran? Ini adalah beberapa dari pertanyaan yang para peneliti konsumen berusaha menjawabnya. Banyak jawaban tersebut melibatkan data dari sensus dasawarsa dan laporan sementara oleh Biro Sensus?
  1. Menikah atau Single.
  2. Ukuran Rumah Tangga.
  3. Perkawinan dalam usia yang lebih lanjut.
  4. Boom orang single.
  5. Perceraian dan perilaku konsumen.
  6. Orang-orang single yang hidup bersama.
  7. Pemasaran untuk orang single.
  8. Perkawinan kembali                                                                                                                           
PERANAN WANITA DAN PERANAN PRIA YANG BERUBAH (CHANGING MASCULINE ROLE)

Wanita ataupun pria sebagai konsumen apabila berubah dalam penilaian terhadap suatu produk didasarkan dari budaya. Menurut saya ada beberapa budaya yang membuat wanita/pria berubah dalam penilaian atau sikap konsumen terhadap suatu produk ;
1)    Budaya psikologis
Budaya ini muncul dari dalam diri individu sebagai konsumen.
2)   Budaya social
Budaya yang didasarkan dari gaya hidup orang lain dapat membuat konsumen berubah dalam penilaian dan penggunaan suatu produk.

METODOLOGI PENELITIAN UNTUK STUDI TENTANG KEPUTUSAN KELUARGA

Kerangka proses – keputusan
Studi mengenai struktur peran kerap memandang pembelian sebagai tindakan ketimbang proses dan mendasarkan temuan pada pertanyaan seperti “siapa biasanya yang mengambil keputusan pembelian?” atau “siapa yang mempengaruhi keputusan?”. Namun, bukti tersebut menunjukan bahwa peranan dan pengaruh anggota keluarga bervariasi menurut tahap di dalam proses keputusan. Sebuah contoh metodologi proses diberikan oleh Wilkes, yang merasa bahwa pertanyaan berikut ini berguna untuk mengukur pengaruh keluarga :
1. Siapa yang bertanggung jawab untuk pengenalan masalah awal ?
2. Siapa yang bertanggung jawab untuk memperoleh informasi mengenai alternative pembelian?
3. siapa yang mengambil keputusan akhir mengenai alternative mana yang harus di beli?
4. Siapa yang membuat pembelian actual terhadap produk?
Hasil yang lebih baik diperoleh dengan menggunaka metodologi ini dibandingkan dengan ukuran yang lebih global. Suam dan istri lebih mungkin menganut persepsi yang sama mengenai pengaruh relative mereke untuk fase tertentu daripada bila pengajuan pertanyaan gagal menanyakan tentang tahap-tahap keputusan.
Kategori Struktur – Peran
Kategori struktu peran yang relevan dalam proyek penelitian bergantung kepada produk atau jasa tertentu yang tengah dipertimbangkan, tetapi dalam banyak kategori produk hanya suam atau istri yang terlibat. Di dalam kategori lain, adalah berguna untuk mengukur jumlah pengaruh di dalam peranan yang berbeda. Spiro mendapatkan bahwa strategi pengaruh atau bujukan bergantung pada beberapa variabel, khususnya tahap di dalam siklus kehidupan dan gaya hidup. Anak terlibat dalam banyak jenis situasi pembelian, tetapi sidat pengaruh mereka kerap diabaikan.
Bias Pewawancara
Jenis kelamin pewawancara atau pengamat mungkin mempengaruhi peranan yang menurut suami dan istri mereka mainkan dalam situasi pembelian. Untuk mengatasi bias ini harus digunakan kuesioner yang dikerjakan sendiri atau jenis kelamin pengamat harus diatur secara acak untuk responden.
Seleksi responden
Dalam mengukur pembelian keluarga, kita perlu memutuskan anggota mana dari keluarga inti yang harus ditanyai mengenai pengaruh anggota keluarga. Hasil kerap sangat bervariasi bergantung pada anggota keluarga mana yang diwawancarai. Yang paling sering, istrilah yang sering diwawancarai, tetapi presentase pasangan yang rsponnya setuju kerap begitu rendah sehingga membuat wawancara dengan 1 anggota saja tidak dapat diterima.
Granbois dan Summers mendapatkan bahwa respon suami berkenaan dengan maksud pembelian ternyata lebih baik daripada respon istri mereka sebagai kreditor biaya total yang direncakan dan jumlah barang yang direncanakan dari respon bersama, walaupun istri meramalkan secara lebih baik untuk produk tertentu seperti peralatan, produk rumah dan rencana peralatan hiburan. Para peneliti menyimpulkan bahwa respon bersama lebih mungkin menyingkap lebih banyak rencana keluarga.

IMPLIKASI BAGI STUDI PERILAKU KONSUMEN

Keluarga sangat penting dalam studi perilaku konsumen karena dua alasan. Pertama, keluarga adalah unit pemakaian dan pembelian untuk banyak produk konsumen. Kedua, keluarga adalah pengaruh utama pada sikap perilaku individu.
Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang dihubungakan melalui darah, perkawin, atau adopsi dan yang tinggal bersama. Rumah tangga berbeda dengan keluarga berdasarkan pendeskripsian semua orang, baik yang berkerabat maupun tidak, yang menempati suatu unit perumahan.
Anggota keluarga (rumah tangga) memegang berbagai peranan yang mencakupi penjaga pintu,pemberi pengaruh, pengambilan keputusan, pembeli dan pemakai. Jadi pengaruh pasangan hidup, anak, atau anggota keluarga yang lain dalam keluarga bervariasi menurut sumber daya anggota kelusrga, jenis produk, tahap dalam siklus kehidupan, dan tahap dalam keputusan pembelian.
Siklus kehidupan keluarga (SKK) meneskripsikan bagaimana keluarga berubah sepanjang waktu. Rancangan tradisional dalam menganalisis SKK sudah diperbaharui dengan matriks pasar konsumen dari tahap kehidupan yang menekankan pendapatan relative suatu keluarga dalam setiap tahap. Matriks ini dibangun berdasrkan 6 tahap : Single muda, pasangan muda, orang tua muda, keluarga separuh baya, rumah tangga separuh baya, dan rumah tangga tua.
Keluarga dan rumah tangga berubah dalam struktur an komposisinya di antara perubahan terbaru yang penting adalah naiknya rumah tangga single, ukuran keluarga yang lebih kecil, dan bertambahnya jumlah orang yang bercerai dan rumah tangga dari orang yang menikah kembali.
Jadi kelompok masyarakat dan keluarga sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Hal tersebut dapat kita lihat dari contoh berikut ini :
Seseorang yang bekerja di suatu institusi tertentu mempengaruhi produk apa yang  akan di beli. Misalnmya, seseorang yang bekerja di sebuah perusahaan yang usudah memiliki kelas social yang tinggi dan sudah memiliki banyak relasi, maka dia sebagai pegawai mungkin akan membeli barang atau produk yang ber-merk yang memiliki kualitas yang baik. Hal ini diakibatk oleh adanya pengaruh dari kelompok masyarakat yang ada di institusi tersebut, yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli satu produk.
Referensi: