MOTIVASI DAN KETERLIBATAN
I. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi)
seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu
sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Motivasi merupakan akibat dari
interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapi. Menurut Robbins
(2001:166) menyatakan definisi dari motivasi yaitu kesediaan untuk mengeluarkan
tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh
kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual.
Pengertian prestasi menurut
Murray (dalam J. Winardi, 2004):”...Melaksanakan tugas atau pekerjaan yang
sulit. Menguasai, memanipulasi atau mengorganisasi objek-objek fiskal, manusia
atau ide-ide untuk melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan
seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mencapai
perporman puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak
lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil”
Seberapa kuat motivasi yang
dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang
ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan
lainnya.. Kajian
tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya
pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin
Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu
dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2)
frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan
kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan
untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan
yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang
dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
II.
Dinamika Proses Motivasi
Kebuthan
yang dirasakan dapat diaktifkan dengan cara-cara yang berbeda, yang salah
satunya sepenuhnya bersifat fisiologis, rasa haus atau lapar merupakan
contohnya. Manusia juga memiliki kapasitas untuk berfikir tentang orang atau
objek yang tidak hadir dalam waktu dekat atau membayangkan konsekuensi yang
diinginkan dari tindakan tertentu. Proses berfikir ini sendiri dapat
menggairahkan. Sebagai contoh, kita semua kadang dapat merasakan lapar hanya
dengan berfikir tentang makanan kegemaran. Akhirnya, kegairahan dapat
dicetuskan oleh informasi dari luar.
Kebutuhan yang diaktifkan akhirnya menjadi diekspresikan dalam prilaku dan pembelian dan konsumsi dalam bentuk dua jenis manfaar yaitu manfaat utilitarian dan manfaat hedonic atau pengalaman.
Manfaat utilitarian merupakan atribut produk fungsional yang objektif. Manfaat hedonic, sebaliknya, mencukupi respons emosional, kesenangan panca indera, mimpi, dan pertimbangan estetis. Criteria yang digunakan sewaktu mempertimbangkan manfaat hedonic bersifat subjektif dan simbolik, berpusat pada pengertian akan produk atau jasa demi pengertian itu sendiri terlepas dari pertimbangan yang lebih objektif. Kedua jenis manfaat menjadi diekspresikan sebagai criteria evaluatif yang digunakan didalam proses penimbangan dan penyeleksian alternative terbaik.
Manfaat utilitarian dan hedonic umumnya berfungsi secara serentak didalam keputusan pembelian. Sebagai contoh, seorang pembeli potensial membandingkan mobil mewah Eropa berdasarkan dimensi objektif seperti ruang untuk kepala, ruang tempat duduk belakang, akselerasi, dan system pengunci otomatis. Sifat ini ditekankan dalam istilah khusus dalam periklanan dan penjualan pribadi. Sebaliknya, mafaat hedonic dapat mencukupi pertimbangan berdasarkan pengalaman seperti rasa status dan prestos yang didapat dengan memiliki mobil kelas atas dan perasaan senang semata-mata dalam mengemudi. Evaluasi alternative kini menjadi lebih spontan dan menyeluruh, berfokus pada keseluruhan simbolisme, sebgaimana berlawanan dengan cirri-ciri spesifik.
Kebutuhan yang diaktifkan akhirnya menjadi diekspresikan dalam prilaku dan pembelian dan konsumsi dalam bentuk dua jenis manfaar yaitu manfaat utilitarian dan manfaat hedonic atau pengalaman.
Manfaat utilitarian merupakan atribut produk fungsional yang objektif. Manfaat hedonic, sebaliknya, mencukupi respons emosional, kesenangan panca indera, mimpi, dan pertimbangan estetis. Criteria yang digunakan sewaktu mempertimbangkan manfaat hedonic bersifat subjektif dan simbolik, berpusat pada pengertian akan produk atau jasa demi pengertian itu sendiri terlepas dari pertimbangan yang lebih objektif. Kedua jenis manfaat menjadi diekspresikan sebagai criteria evaluatif yang digunakan didalam proses penimbangan dan penyeleksian alternative terbaik.
Manfaat utilitarian dan hedonic umumnya berfungsi secara serentak didalam keputusan pembelian. Sebagai contoh, seorang pembeli potensial membandingkan mobil mewah Eropa berdasarkan dimensi objektif seperti ruang untuk kepala, ruang tempat duduk belakang, akselerasi, dan system pengunci otomatis. Sifat ini ditekankan dalam istilah khusus dalam periklanan dan penjualan pribadi. Sebaliknya, mafaat hedonic dapat mencukupi pertimbangan berdasarkan pengalaman seperti rasa status dan prestos yang didapat dengan memiliki mobil kelas atas dan perasaan senang semata-mata dalam mengemudi. Evaluasi alternative kini menjadi lebih spontan dan menyeluruh, berfokus pada keseluruhan simbolisme, sebgaimana berlawanan dengan cirri-ciri spesifik.
III. Tujuan
Motivasi Konsumen
a.
Meningkatkan kepuasan
b.
Mempertahankan loyalitas
c.
Efisiensi
d.
Efektivitas
e.
Menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen dengan konsumen.
VI. Strategi yang digunakan untuk melacak kepuasan konsumen
1.
Suara konsumen
2.
Survei kepuasan pelanggan
3.
Belanja acak
4.
Analisa kehilangan pelanggan.
V. Asas
Motivasi
Haruslah dapat
meningkatkan produktivitas pembelian dan memberikan kepuasan kepada konsumen.
a.
Asas Mengikutsertakan
b. Asas
Komunikasi
c.
Asas Pengakuan
d. Asas
Wewenang yang didelegasikan
e. Asas
Perhatian Timbal Balik
VI.
Kebutuhan
dan Tujuan dalam Konteks Perilaku Konsumen
Kebutuhan
konsumen dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
fisiologis. Dasar-dasar kelangsungan hidup, termasuk rasa lapar, haus dan
kebutuhan hidup lainnya.
2.
keamanan. Berkenaan dengan kelangsungan hidup fisik dan keamanan
3.
afiliasi dan pemilikan. Kebutuhan untuk diterima oleh orang lain, menjadi orang
penting bagi mereka.
4.
prestasi. Keinginan dasar akan keberhasilan dalam memenuhi tujuan pribadi
5.
kekuasaaan. Keinginan untuk emndapat kendali atas nasib sendiri dan juga nasib
orang lain
6.
ekspresi diri. Kebutuhan mengembangkan kebebasan dalam ekspresi diri dipandang
penting oleh orang lain.
7. urutan
dan pengertian. Keinginan untuk mencapai aktualisasi diri melalui pengetahuan,
pengertian, sistematisasi dan pembangunan system lain.
8.
pencarian variasi. Pemeliharaan tingkat kegairahan fisiologis dan stimulasi
yang dipilih kerap diekspresikan sebagai pencarian variasi
9.
atribusi sebab-akibat. Estimasi atau atribusi sebab-akibat dari kejadian dan
tindakan.
VII. Klasifikasi Motif
Banyak sekali klasifikasi motif, sesuai dengan
sesuatu yang mendasarinya. Klasifikasi yang banyak dikenal antara lain:
1. Motif Primer dan Motif Sekunder
Motif Primer sangat bergantung pada keadaan
fisio-kemis dalam tubuh organic seseorang, sedangkan Motif Sekunder adalah
semua motif yang tidak berlangsung dalam tubuh manusia.
2. Motif Instrinsik dan Motif
Ekstrinsik
Motif Instrinsik adalah motif yang timbul dari
dalam dan Motif Ekstrinsik ditimbulkan dari luar.
3. Motif Tunggal dan Motif Bergabung
Motif Tunggal dan Motif Bergabung adalah
klasifikasi motif berdasarkan banyaknya.
4. Motif Mendekat dan Motif Menjauh
Motif Mendekat dan Motif Menjauh adalah klasifikasi
motif berdasarkan pada reaksi organisme terhadap rangsangan yang dating.
5. Motif Sadar dan Motif Tak Sadar
Motif Sadar dan Motif Tak Sadar didasarkan pada
taraf kesadaran manusia pada motif yang melatarbelakangi tingkah lakunya.
6. Motif Biogenetis, Sosiogenetis
dan Teogenetis
Didasarkan pada asalnya, Motif Biogenetis adalah
motif yang berasal dari kebutuhan organisme. Motif Sosiogenetis adalah motif
yang dipelajari dan berasal dari lingkungannya. Dan Motif Teogenetis adalah
yang berasal dari interaksi manusia dengan Tuhan.
VIII. Teori
– Teori Motivasi Kebutuhan
Teori motivasi
kebutuhan :
1. Teori motivasi kebutuhan : abrahan h. maslow
teori ini lebih dikenal dengan teori hierarchi kebutuhan.
perilaku individu menurut teori ini akan ditentukan oleh kebutuhan yang paling kuat
2. Teori motivasi hygiene : frederick herzberg
biasa juga disebut teori motivasi dua faktor :
pada dasarnya hampir sama dengan teori motivasi maslow.
faktor hygiene bersifat prefentif dan memperhitungkan lingkungan yang berubungan dengan kerja. faktor ini kira-kira tidak jauh bedanya dengan susunan bawah dari hirarki kebutuhan maslow.
faktor hygiene ini mencegah ketidak puasan, tetapi bukan penyebab terjadinya kepuasan.
menurut herzberg, faktor ini tidak memotivasi karyawan dalam bekerja. adapun faktor yang dapat memotivasi karyawan adalah motivator yang kira-kira sama dengan tingkat yang lebih tinggi dari hirarki kebutuhan maslow.
menurut herzberg, agar para karyawan bisa termotivasi, maka mereka hendaknya mempunyai suatu pekerjaan dengan isi yang selalu merangsang untuk berprestasi.
3. Teori erg (existence, relatednes and growth) : alderfer
menurut teori ini ada tiga kebutuhan pokok manusia, yaitu :
- kebutuhan akan keberadaan (existence need),
- kebutuhan hubungan (relatednes need), and
- kebutuhan untuk berkembang (growth need).
teori kebutuhan erg mempunyai asumsi sbb. :
1. Teori motivasi kebutuhan : abrahan h. maslow
teori ini lebih dikenal dengan teori hierarchi kebutuhan.
perilaku individu menurut teori ini akan ditentukan oleh kebutuhan yang paling kuat
2. Teori motivasi hygiene : frederick herzberg
biasa juga disebut teori motivasi dua faktor :
pada dasarnya hampir sama dengan teori motivasi maslow.
faktor hygiene bersifat prefentif dan memperhitungkan lingkungan yang berubungan dengan kerja. faktor ini kira-kira tidak jauh bedanya dengan susunan bawah dari hirarki kebutuhan maslow.
faktor hygiene ini mencegah ketidak puasan, tetapi bukan penyebab terjadinya kepuasan.
menurut herzberg, faktor ini tidak memotivasi karyawan dalam bekerja. adapun faktor yang dapat memotivasi karyawan adalah motivator yang kira-kira sama dengan tingkat yang lebih tinggi dari hirarki kebutuhan maslow.
menurut herzberg, agar para karyawan bisa termotivasi, maka mereka hendaknya mempunyai suatu pekerjaan dengan isi yang selalu merangsang untuk berprestasi.
3. Teori erg (existence, relatednes and growth) : alderfer
menurut teori ini ada tiga kebutuhan pokok manusia, yaitu :
- kebutuhan akan keberadaan (existence need),
- kebutuhan hubungan (relatednes need), and
- kebutuhan untuk berkembang (growth need).
teori kebutuhan erg mempunyai asumsi sbb. :
apabila
kebutuhan keberadaan kurang terpenuhi, maka individu akan terdorong untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
apabila
kebutuhan berhubungan dengan orang lain kurang terpenuhi, maka individu
terdorong untuk memenuhinya.
apabila
kebutuhan akan bertumbuhan kurang terpenuhi, maka makin besar hasrat individu
untuk memenuhi kebutuhan akan pertumbuhan tersebut.
4. Teori motivasi berprestasi : david mc clelland
manusia pada hakekatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi di atas kemampuan orang lain.
seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu karya yang berprestasi lebih baik dari pada prestasi orang lain.
menurut teori ini kebutuhan manusia ada tiga, yaitu :.
kebutuhan
akan kekuasaan
kebutuhan
akan berafiliasi
kebutuhan
akan berprestasi
apabila kebutuhannya telah mendesak, maka kebutuhan itu akan termotivasi untuk memenuhinya.
jika kebutuhan akan kekuasaan makin tinggi, maka orang akan berusaha untuk bersikap senang memberi perhatian untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain, mencari posisi pimpinan, berusaha tampil berbicara dimuka umum, dsb.
jika kebutuhan akan afiliasi mendesak, maka orang akan bersikap dan bertindak untuk membentuk orang lain yang membutuhkan, berusaha membina hubungan yang menyenangkan dan saling pengertian.
jika kebutuhan akan berprestasi makin tinggi, maka orang akan berusaha menetapkan suatu tujuan yang penuh tantangan namun masih mungkin dicapai, melakukan pendekatan yang realistis terhadap resiko, bertanggung jawab atas penyelesaiannya.
IX.
Hirarki Kebutuhan Maslow
Interpretasi dari Hirarki Kebutuhan Maslow yang
direpresentasikan dalam bentuk piramida dengan kebutuhan yang lebih mendasar
ada di bagian paling bawah
Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki
kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang
paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :- Kebutuhan fisiologis atau dasar
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
- Kebutuhan untuk dihargai
- Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman, cinta dan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Maslow menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk bertahan.Cinta dan kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan ini sudah ada sejak lahir persis sama dengan insting.
X.
Keterlibatan
Konsep keterlibatan sangat berarti untuk mengerti
dan menjelaskan perilaku konsumen. Walaupun istilah ini sudah didefinisikan
dengan banyak cara. Konseptualisasi berikut ini diajukan oleh Antil sesudah
pertimbangan cermat dari sudut pandang berbeda. Keterlibatan adalah tingkat
kepentingan pribadi yang dirasakan dan minat yang dibangkitkan oleh stimulus
didalam situasi spesifik. Hingga jngkauan kehadirannya, konsumen bertindak
dengan sengaja untuk meminimumkan risiko dan memaksimumkan manfaat yang
diperoleh dari pembelian dan pemakaian.
Dengan demikian keterlibatan merupakan refleksi dari motivasi yang kuat di dalam bentuk relevansi pribadi yang sangat dirasakan dari suatu produk atau jasa di dalam konteks tertentu. Bergantung kepada hubungan yang dirasakan antara pengaruh yang memotivasikan individu dan manfaat yang ditawarkan oleh objeknya, ini jadi diaktifkan sebgai keterlibatan yang dirasakan ketika karekteristik pribadi intrinsic ( kebutuhan , nilai, konsep diri ). Dihadapkan dengan stimulus pemasaran yang sesuai di dalam situasi yang diberikan.
Mengukur keterlibatan ada 4 yaitu :
1. Pentingnya konsekuensi negative adalah butir skala mengevaluasi baik kepentingan produk maupun risiko konsekuensi negative yang disadari.
2. Probabilitas subjektif dari kesalahan pembelian adalah risiko membuat pilihan yang buruk.
3. Nilai kesenangan adalah nilai hedonic dari pembelian dam pemakaian.
4. Nilai tanda adalah jangkauan dimana pembelian dan pemakaian membuat pernyataan psiko atau sosial mengenai orang bersangkutan.
Dengan demikian keterlibatan merupakan refleksi dari motivasi yang kuat di dalam bentuk relevansi pribadi yang sangat dirasakan dari suatu produk atau jasa di dalam konteks tertentu. Bergantung kepada hubungan yang dirasakan antara pengaruh yang memotivasikan individu dan manfaat yang ditawarkan oleh objeknya, ini jadi diaktifkan sebgai keterlibatan yang dirasakan ketika karekteristik pribadi intrinsic ( kebutuhan , nilai, konsep diri ). Dihadapkan dengan stimulus pemasaran yang sesuai di dalam situasi yang diberikan.
Mengukur keterlibatan ada 4 yaitu :
1. Pentingnya konsekuensi negative adalah butir skala mengevaluasi baik kepentingan produk maupun risiko konsekuensi negative yang disadari.
2. Probabilitas subjektif dari kesalahan pembelian adalah risiko membuat pilihan yang buruk.
3. Nilai kesenangan adalah nilai hedonic dari pembelian dam pemakaian.
4. Nilai tanda adalah jangkauan dimana pembelian dan pemakaian membuat pernyataan psiko atau sosial mengenai orang bersangkutan.
XI. Fokus Keterlibatan
Beberapa
konsumen sangat tertarik dengan kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran
seperti mengumpulkan kupon diskon, belanja pakaian, mencari harga terendah,
atau tawar-menawar dengan penjual. Sangatlah penting jika seorang pemasar
harus mengidentifiasikan focus keterlibatan konsumen dengan jelas.
Pemasar perlu mengetahui dengan cepat apa yang disebut sebagai releva n secara
pribadi oleh konsumen : produk/merek, objek, pperilaku, kejadian, situasi,
lingkungan, atau bahkan semua hal diatas. Karena sebagian besar pemasar
tertarik dengan keterlibatan konsumen dengan produk dan merek.
XII. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Keterlibatan
a.
Relevansi-Pribadi Instrinsik, mengacu pada
pengetahuan arti akhir konsumen yang disimpan dalam ingatan. Konsumen
mendapatkan pengetahuan arti-akhir ini melalui pengalaman masa lalu mereka
terhadap suatu produk. Pada saat menggunakan suatu produk, konsumen
belajar bahwa ciri produk tertentu memiliki konsekuensi yng dapat membantu
mencapai tujuan dan nilai yang penting.
b.
Relevansi-Pribadi Situasional, ditentukan oleh
aspek lingkungan fisik dan sosial yang ada
disekitar kita yang dengan cepat mengaktifkan konsekuensi dan nilai ppenting,
sehingga membuat produk dan merek yang terlihat secara pribadi dan relevan.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar